Pentingnya Pendidikan Seksual pada Anak

Beberapa pekan belakangan, semua media massa dipenuhi informasi seputar lebaran dan liburan. Sibuk dengan lalu lalang kendaraan di jalur mudik, penuh dengan gambar destinasi wisata yang layak dikunjungi. Berbagai paparan informasi tersebut agaknya membuat masyarakat lupa pada pekerjaan rumah yang dibawa dari semester kemarin. Pekerjaan rumah ini tidak lain dan tidak bukan adalah masalah kejahatan seksual anak.

Kasus pemerkosaan dan pembunuhan menggemparkan yang menimpa YY (14) di Bengkulu dan EP (19) di Tangerang oleh belasan pemuda dibawah umur menjadi pemicunya. Meski pemerintah telah membuat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, lantas apakah masalah kejahatan seksual terselesaikan? Rasanya tidak.

Emilia Tjandra, Ketua Yayasan Sekolah Growing Kid, berpendapat bahwa sebelum memasuki tahun ajaran baru adalah saat yang tepat bagi pihak sekolah maupun orangtua untuk memerangi kejahatan seksual. Salah satunya dengan memberikan pendidikan seksual yang tepat kepada anak maupun orangtua.

Perempuan yang akrab disapa Miss Emil ini menerangkan, selama ini banyak orangtua yang menganggap bahwa pendidikan seksual adalah hal tabu, sesuatu yang anak tak perlu tau. Pendidikan ini dipandang sebagai ajaran tentang bagaimana cara melakukan hubungan seksual dan tidak sesuai untuk ditangkap anak berusia belia. Pandangan tersebut jelas tidak tepat. Seperti yang dikutip Harian Kompas dari data World Health Organization (WHO), pendidikan seksual tidak melulu membahas soal seksualitas sebagai hubungan kelamin, namun lebih ke hubungan seksual dari segi biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual individu. Hal ini termasuk persepsi diri, harga diri, kepribadian, konsep cinta dan keintiman, dan citra tubuh.Meski banyak orangtua yang was-was, toh penelitian membuktikan bahwa pendidikan seksual tidak meningkatkan perilaku seksual berisiko pada anak. Malahan, dengan mendapatkan pengetahuan tersebut, anak dapat mengelola tubuh dan emosinya, serta menghargai diri sendiri dan orang lain. Tameng yang mencegah anak dari perilaku kejahatan seksual pun dapat terbangun dengan sendirinya.

Kenyataannya, pengetahuan orangtua akan pendidikan seksual sendiri tidaklah tinggi. Fenomena ini dipandang Miss Emil sebagai masalah pelik, mengingat peran orangtua dalam memberi informasi pada anak sangatlah sentral. Sebuah riset yang dikutip Harian Kompas menyebutkan bahwa sumber informasi utama bagi anak adalah orangtua dan guru. Keingintahuan anak yang tinggi akan membuat mereka terus mencari jawaban atas segala fenomena yang menurutnya asing. Ketika orangtua tidak menjalankan peran yang seharusnya, anak akan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu ke sumber-sumber informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, salah satunya internet.
Untuk mengatasi masalah inilah Sekolah Growing Kid melakukan sosialisasi kepada orangtua terkait pendidikan seksual. Bukan hanya agar orangtua sadar akan pentingnya pendidikan seksual, namun juga agar orangtua siap dengan amunisi untuk menjawab berbagai pertanyaan anak yang berkaitan dengan seksualitas. Sosialisasi ini diberikan secara rutin setiap tahunnya, yang salah satunya melalui Parents Gathering 18 Juli mendatang. Melalui acara-acara semacam ini, orangtua akan mampu mengenali dan mengatasi problematika anak, baik akademis maupun non-akademis. (DNA)

emil01

Emilia Tjandra
Founder

5 Kelalaian Orangtua Dekatkan Anak pada Kejahatan Seksual?