Suatu kali, seorang orang tua murid datang dan berkeluh kesah, “Aduh, Miss, sampe capek saya ngajarin Maths ke anak saya. Kalo diajari berhitung itu susahnya minta ampun. Lari muter-muter terus, nggak mau duduk diem. Sampai emosi sendiri saya kalo ngajari, Miss.”
Bukanlah hal yang asing jika para orang tua menghadapi situasi tidak menyenangkan saat menemani anak belajar. Beberapa anak agak kesulitan saat belajar matematika dengan melihat gambar, mempelajari kosakata baru dengan hafalan sampai meminta anak mereka untuk duduk tenang berkonsentrasi.
Perlu diketahui, anak dilahirkan dengan keunikan satu sama lain, termasuk dalam cara mereka belajar (learning style). Berdasarkan hasil temuan Walter B. Barbe dan Michael N. Milone, Jr., ada tiga kategori cara belajar anak, antara lain; visual learner, auditory learner, dan kinesthetic learner. Seorang anak dapat memiliki satu cara belajar tertentu atau bahkan lebih. Dalam penelitiannya, Barbe dan Milone juga menemukan bahwa cara belajar pada seorang anak dapat berubah seiring waktu dan perkembangan usianya.
Untuk mengenali dan membantu anak belajar sesuai dengan cara belajarnya, berikut hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua.
Visual Learner
Anak tipe ini sangat mengandalkan gambar, bagan, grafik, warna dan segala hal yang mampu mereka amati. Maka untuk membantu anak tipe visual learner, orang tua dianjurkan membantu dengan menyediakan media belajar yang kaya akan gambar, pola serta warna dengan bentuk yang menarik. Selain itu, orang tua bisa mengenalkan anak tentang mind map dalam kehidupan sehari-hari dan mengasosiasikan pelajaran dengan sesuatu yang biasa mereka alami. Dalam proses belajarnya, mereka memiliki berkecenderungan untuk membuat coretan-coretan berupa catatan kecil atau gambar (doodle).
Auditory Learner
Pada umumnya, sekolah sudah banyak menerapkan sistem pembelajaran yang membantu anak tipe auditory learner ini, karena dari awal pendidikan dasar, siswa dibiasakan untuk mendengarkan guru memberikan penjelasan di dalam kelas. Penggunaan intonasi yang beragam (raising intonation dan falling intonation) dalam mengajarkan materi baru kepada anak auditory learner akan sangat membantu mereka. Auditory learner akan dengan cepat mencerna kosakata maupun hal-hal yang belum pernah mereka ketahui jika diberikan melalui lagu, chants, pembahasan berkelompok, hafalan dengan membaca keras (reading out loud) dan juga melalui debat atau diskusi.
Kinesthetic Learner
Kinesthetic learner paling mudah diamati karena karakteristik prilakunya. Mereka berkecenderungan memiliki semangat tinggi saat dilibatkan dalam aktifitas fisik. Mereka juga juga mudah menyerap dan memahami pelajaran yang disampaikan dengan memberi contoh riil. Teknik pengajaran dengan contoh riil ini antara lain misalnya belajar menghitung dengan blocs, membuat pekerjaan tangan, pengenalan fungsi indra perasa, menanam kecambah dari benih kacang hijau, dsb.
Dengan adanya pemahaman bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda, Growing Kid School telah menerapkan berbagai metode pengajaran di dalam kelas, sehingga para siswa dapat menerima pelajaran dengan maksimal. Media pembelajaran yang beragam juga selalu digunakan agar para siswa dapat mengalami proses belajar yang maksimal sesuai dengan tipe belajar mereka. Para guru terus berupaya memaksimalkan potensi siswa dengan menggunakan lagu, video, multimedia dan aktifitas fisik berupa games ataupun penggunaan media obyek nyata didalam dan diluar kelas. Mulai sekarang, peran orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah kini ada baiknya disesuaikan dengan pola belajar mereka sehingga apa yang sudah diterapkan di sekolah dapat bersinergi dengan baik.
Margareta Ayu Lestari, S. Pd
Kepala SD