Mengasuh Bijak Si Sulung, Si Tengah & Si Bungsu (Bagian 2)

Mengasuh Anak Sulung

Saat kehamilan anak kedua, persiapkan si sulung agar nantinya dapat menerima kehadiran adik baru. Tumbuhkan rasa bangga padanya sebagai calon kakak yang dibanggakan orangtua.

Setelah adiknya lahir, sempatkan waktu khusus untuk melakukan kegiatan hanya berdua dengan si sulung, agar ia tetap merasa dicintai.

Jangan bebani anak dengan tanggungjawab yang jauh lebih besar daripada saudara-saudaranya. Beri tanggungjawab yang merata pada setiap anak sesuai kemampuan masing-masing.

Mengasuh Anak Tengah

Untuk meminimalkan perasaan diabaikan dan kurang dicintai pada si anak tengah, sediakan waktu khusus untuk mendengarkan ia bercertia hal-hal yang ia alami, agar ia terbuka dalam mengungkapkan perasaan dan dapat merasakan cinta orangtua.

Beri kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan, agar ia tidak merasa selalu kalah di bawah bayangan kakak atau adiknya. Misalnya, sesekali minta anak untuk menentukan makanan apa yang akan disiapkan ibu untuk besok.

Perhatikan album foto keluarga. Biasanya jumlah foto anak sulung di masa kecil jauh lebih banyak daripada jumlah foto anak tengah. Maka, susun ulang album foto keluarga, sehingga setiap anak dapat merasakan bahwa orangtua mencintai dirinya, sama seperti orangtua juga mencintai saudara-saudaranya.

Mengasuh Anak Bungsu

Beri aturan atau batasan yang jelas, dan biasakan anak untuk mematuhi aturan, sebagaimana berlaku hal yang sama untuk kakak-kakaknya. Kakak tidak harus selalu mengalah pada si bungsu, terutama bila si bungsu melanggar aturan.

Beri tanggungjawab sesuai usia dan kemampuannya. Jangan lupa beri pujian atau apresiasi atas prestasi yang ia capai.

Beri pengalaman yang melatih kemampuan anak untuk bekerjasama, agar ia belajar untuk tidak selalu mementingkan diri sendiri.

Mari menyesuaikan gaya pengasuhan kita pada posisi kelahiran anak, juga mengenali karakter bawaan anak dari lahir, sehingga kebutuhan setiap anak untuk dicintai dapat terpenuhi, dan mereka akan memiliki fondasi yang kokoh untuk perkembangan kepribadiannya.

Yettie Wandansari, S.Psi., M.Si.,

Psikolog