Menghadapi Challenging Behavior pada Anak (Bagian 2)

Hal kedua yang penting untuk dipahami orangtua adalah challenging behavior sangatlah perlu ditangani, bukan dibiarkan. Challenging behavior jika dibiarkan dapat mempengaruhi ketrampilan sosial dan komunikasi. Anak yang menunjukkan challenging behavior secara terus-menerus di kelas playgroup atau lingkungan sosial lainnya berkemungkinan mengalami kesulitan dalam relasi sosialnya kelak, ditolak oleh teman sebayanya sampai penurunan prestasi akademik. Tanpa upaya intervensi yang memadai, perilaku bermasalah pada usia prasekolah akan menimbulkan perilaku negatif di masa berikutnya. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi dini tidak hanya bermanfaat, tetapi juga dapat mencegah kemungkinan timbulnya kembali perilaku bermasalah pada anak. Selain itu, periode prasekolah merupakan waktu yang kritis untuk mengatasi berbagai masalah perilaku anak, agar tidak berlanjut semakin parah di tahap usia berikutnya.

Challenging behavior di anak usia dini harus ditangani.

Beberapa contoh langkah penanganan efektif chalanging behavior antara lain sebagai berikut:

Memberi aturan sederhana yang disepakati dan dijalankan secara konsisten. Misalnya, boleh nonton tv asalkan sudah selesai mengerjakan PR. Tidak merengek, bicara baik-baik.

Mengalihkan perhatian anak. Misalnya saat anak menangis tidak mau berpisah dari orangtua atau meminta sesuatu barang saat di mall, perhatian anak dapat dialihkan ke mainan yang berbunyi dan berwarna menarik.

Mengarahkan kembali aktivitas anak. Misalnya saat anak mencoret-coret dinding, beri anak kertas di atas meja dan minta ia untuk menggambar di kertas.

Mengajarkan pada anak perilaku yang tepat. Misalnya, tidak boleh menyela saat orang lain sedang berbicara, berbagi mainan dengan teman, berbicara dengan nada yang baik.

Memberi anak pujian ketika ia melakukan tindakan yang baik. Misalnya memuji anak yang mau patuh mengembalikan mainan ke tempat semula. Berfokus pada hal-hal positif yang dilakukan anak lebih efektif untuk membentuk perilaku positif anak, daripada selalu mengkritik kesalahan anak.

Memberitahu anak tentang akibat dari tindakannya. Misalnya, anak diminta cepat mandi karena kalau ditunda terus nanti air hangatnya menjadi dingin dan anak bisa sakit. Atau bila anak tetap menonton tv dan tidak mengerjakan PR maka tv tidak akan dinyalakan.

Lanjut Bagian 3

Yettie Wandansari, S.Psi., M.Si.,

Psikolog