Hal penting ketiga, challenging behavior dapat dicegah. Beberapa cara untuk mencegahnya antara lain:
Amati kondisi fisik anak. Kondisi fisik seperti mengantuk, lapar, lelah, kurang sehat, seringkali memicu munculnya challenging behavior pada anak. Maka orangtua perlu memperhatikan hal ini sebelum mengajak anak melakukan sesuatu. Misalnya bila anak akan diajak pergi, sebaiknya anak sudah makan, tidurnya cukup, dan tidak terlalu lelah bermain sebelumnya.
Beri kesempatan bermain yang memadai pada anak. Bermain tidak hanya bagus untuk melatih kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan berkreativitas (bermain sambil belajar), namun juga merupakan cara pelepasan ketegangan emosi.
Aturan yang ditetapkan dapat ditulis dan dipasang di rumah, misalnya di area bermain atau di kamar anak, untuk selalu mengingatkan anak tentang perilaku positif apa yang diharapkan darinya.
Kata “jangan” sebaiknya dibatasi pada hal-hal yang berbahaya saja, karena untuk anak usia prasekolah kata “jangan” justru akan mendorongnya untuk melakukan apa yang dilarang. Aturan sebaiknya menggunakan kalimat positif, misalnya untuk meminta anak tidak membanting pintu, aturannya bukan “jangan / tidak boleh membanting pintu”, tetapi “tutup pintu pelan-pelan”, sehingga anak paham perilaku apa yang diinginkan.
Tingkatkan ketrampilan orangtua dalam mengendalikan emosi. Saat anak rewel, tidak jarang orangtua marah dan melakukan tindakan-tindakan yang justru memperkuat challenging behavior anak, seperti memukul, membentak, mencubit, dll. Hukuman fisik seperti itu seyogyanya dihindari, karena segala bentuk hukuman fisik menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang berbahaya. Semakin banyak hukuman fisik yang dialami anak maka semakin kuat kecenderungan anak untuk berperilaku antisosial dan tidak mampu menahan diri. Dengan ketrampilan pengendalian emosi yang memadai, orangtua akan mampu menyikapi challenging behavior anak secara wajar.
Tingkatkan ketrampilan orangtua dalam menerapkan pengasuhan positif (positive parenting skill). Ketrampilan ini dapat menciptakan relasi yang sehat antara orangtua dan anak, serta menurunkan challenging behavior pada anak. Melalui relasi yang sehat, komunikasi antara orangtua dan anak dapat berjalan efektif. Kebutuhan anak untuk dicintaipun dapat terpenuhi, sehingga memperlancar proses pembentukan perilaku positif pada anak.
Keterampilan orang tua mengelola emosi sangat penting. Hindari hukuman fisik, karena mampu menyebabkan konskwensi jangka panjang.
Yettie Wandansari, S.Psi., M.Si.,
Psikolog