Menghadapi Challenging Behavior pada Anak

Di usia prasekolah, challenging behavior pada anak sering dikeluhkan orangtua, khususnya saat keinginan anak tak terpenuhi, antara lain merengek, tidak patuh, menangis berguling-guling, tidak mau berpisah dari orangtua/pengasuh, memukul, membanting barang, mendorong teman, berteriak-teriak, menjerit, dll. Respon umum yang digunakan orangtua biasanya keliru, tak hanya dengan memenuhi keinginan anak, mengabaikan atau marah. Mari kita orang tua belajar bagaimana memahami sutuasi ini dan bereaksi dengan tepat. 

Pahami Pola Pikir Anak

Untuk dapat memilih cara mana yang tepat, hal mendasar yang perlu dimiliki orangtua adalah pemahaman tentang perkembangan anak. Challenging behavior adalah perilaku yang normal untuk usia prasekolah. Hal ini berhubungan erat dengan tahap berkembangnya kemandirian anak. Anak mulai punya keinginan sendiri tetapi kerap terbentur oleh batasan-batasan orangtua. Pahami beberapa aspek pembentuk chalenging behavior pada anak, antara lain sbb:

Emosi – Dalam hal emosi, anak prasekolah sangat kuat. Anak mudah untuk terbawa ledakan-ledakan emosional. Mereka mengalami hampir semua jenis emosi yang secara alami dialami orang dewasa, antara lain marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri, gembira, sedih dan sayang. Bedanya, seringkali emosi ini bangkit oleh hal-hal yang tidak diduga oleh orang tua, juga bagaimana cara anak mengungkapkannya. Orang tua harus banyak belajar memahami anak dalam hal ini.

Sosial – Dalam aspek sosial, anak prasekolah belajar bersosialisasi untuk mempersiapkan diri menjadi anggota/bagian dari sebuah kelompok pada usia akhir masa kanak-kanak. Dalam usahanya untuk belajar bersosialisasi ini, anak sering mengalami konflik dengan lingkungannya, antara lain bertengkar, tak mau berbagi, berebut mainan, dsb.

Kognitif – Dari segi kognitif, anak prasekolah belum mampu memahami sudut pandang orang lain yang berbeda dari sudut pandang dirinya. Karena dorongan kuat rasa ingin tahu, biasanya anak akan mengajukan banyak pertanyaan dan berupaya terus-meneurs mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.

Lanjut Bagian 2

Yettie Wandansari, S.Psi., M.Si.,

Psikolog